Gue mencintainya lebih dari apapun juga …
Gue rela ngelakuin apa saja asal bisa melihatnya tersenyum …
Tapi, akankah gue memilikinya ???
Gue Shilla, cewek 15 tahun yang udah dibutain sama yang namanya CINTA. Gue enggak peduli dengan semua yang udah dia lakukan kegue, rasa sayang gue kedia enggak akan pernah hilang. Mungkin ini yang dinamakan pengorbanan cinta.
Hari ini, gue sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Banyak hal yang harus gue lakukan sebelum tiba di sekolah tepat waktu, ditambah lagi jam pelajaran pertama memaksa gue harus tiba lebih awal dari biasanya, terlambat sedikit saja sudah enggak boleh masuk belajar. “Hemph, sepertinya hari ini akan jadi hari yang sangat melelahkan.” Batin gue.
“Ini dik, semuanya 2 rangkap jadi Rp. 35.000,-.“ Suara mbak pemilik rental komputer membuyarkan gue dari lamunan.
“Oh iya mbak, ini uangnya. Terima kasih.” Ucap gue sambil tersenyum hangat kemudian ngelanjutin perjalanan ke sekolah.
Untung saja gue masih sempat mampir di tempat rental komputer buat ngeprint beberapa tugas yang diberi oleh pak Duta, guru terkiller di sekolah. Seandainya saja print gue enggak rusak, pasti gue enggak akan serepot ini.
“Akhirnya tugas yang gue kerjain mati-matian semalaman selesai juga.” Ucap gue, tak lupa seulas senyuman tanda puas menghiasi bibirku. Sebenarnya jangka waktu untuk mengerjakan tugas ini satu minggu, tapi karena banyaknya tugas yang diberikan oleh masing-masing guru mata pelajaran membuat gue harus menunda untuk menyelesaikannya.
Setibanya di sekolah, gue melirik jam tangan pink kesayangan gue yang sudah menunjukkan pukul 07.00. “Hmm, untung masih ada waktu untuk nyelipin satu tugas ini di dalam lacinya” batin gue. Tepat pukul 07.15 bel pun berbunyi, pak Duta sang guru killer pun udah masuk ke dalam kelas namun sosok yang gue tunggu tak kunjung datang. “Mengapa dia belum datang juga ?” Tanya gue dalam hati.
Gue merasa ada yang kurang saat melemparkan pandanganku pada sebuah bangku kosong di dekat pintu. Disinilah gue duduk, di bangku kedua dari depan samping temanku Sivia. Ya, tempat yang sangat strategis untuk dapat meliriknya setiap saat dengan jarak yang lumayan dekat tanpa ketahuan olehnya.
“Lo kenapa Shil ?” Tanya Sivia seraya berbisik yang ternyata sejak tadi memperhatikanku. Tanpa menunggu jawaban gue, Sivia melirik ke bangku kosong yang menjadi pusat perhatianku saat ini. “Oh, Cakka ? Cakka nggak masuk Shil, dia izin katanya ada pertandingan basket, berangkatnya juga mendadak sih” Jelas Sivia. “Oo.” Akhirnya kegelisahan ku pagi ini terjawab sudah.
“Hmm, Cakka ….”
Cakkalah yang udah buat gila saat ini. Aneh rasanya bila menyukai seseorang diam-diam dan mengungkapkan perasaan cinta melalui perbuatan yang menurut teman-temanku aneh, apalagi gue enggak pernah mendapat respon olehnya, melihat gue aja dia enggan, apalagi tersenyum kepada gue.
***
Sudah satu minggu gue enggak pernah melihat Cakka, hal itu membuat hati gue terasa hampa, enggak bersemangat dan tentu saja rindu, rindu akan senyumannya yang khas. Untung saja gue masih bisa mendengar kabar tentangnya melalui Sivia dan teman-teman yang lain, dan gue sudah bersyukur akan hal itu. Tak jarang waktu istirahat gue habiskan dengan pekerjaan yang menurut teman-temanku aneh dan konyol, yaitu menulis nama Cakka berulang-ulang di buku kesayangan milikku.
“Kangen ya Shil ?” pertanyaan Sivia tiba-tiba menerjang telinga gue. Sivia selalu saja bisa membaca pikiran gur, apalShili hal mengenai Cakka.
“emm, kangen ? dengan siapa Vi ?” Jawab gue gugup.
“Ya ampun Shilla, enggak usah pura-pura bodoh. Gue tuh udah hafal luar kepala tingkah konyol lo itu. Emm, Shil emangnya lo nggak ada pekerjaan lain apa, sempat-sempatnya lo mengisi buku setebal itu dengan nama C-A-K-K-A ? Enggak bosan Shil, sekali-kali lo nulis nama gue juga enggak apa-apa, gue ikhlas kok.” Rupanya Sivia mulai menggoda gue lagi dan gue hanya membisu enggak sanggup mengeluarkan kata-kata apapun.
“Semalam Cakka udah pulang loh Shil, dan katanya hari ini dia mau ke sekolah.” Lanjut Sivia. Sivia memang mengetahui segala sesuatu tentang Cakka, hampir tiap malam mereka sms-an. Terkadang rasa cemburu menghantui gue ketika melihat kedekatan Sivia dan Cakka, tapi gue percaya kalau Sivia enggak mungkin ngehianatin gue, lagipula Sivia hanya nganggep Cakka sebagai teman dan enggak lebih.
Gue melemparkan pandangan ke bangku kosong milik Cakka untuk kesekian kalinya pagi ini. “Apa benar hari ini Cakka akan datang ?” Batinku. Sesaat kemudian gue melihat sosok yang sangat gue kenali masuk ke dalam kelas. Hmm, Akhirnya Cakka datang juga, gue merasa sangat senang, rasanya rinduku pun mulai terobati dan tanpa gue sadari seulas senyum sudah gue lemperkan pada sosok yang gue kagumi tu, namun apa yang gue dapetin ? Dia sama sekali enggak membalas senyumku, dia malah membuang muka lalu beranjak keluar kelas. Ya udahlah, gue memang sudah terbiasa dengan sikap dingin Cakka seperti tadi, lagipula ini bukan pertama kalinya Cakka melakukan hal tersebut kepada gue.
Namun, apapun yang Cakka lakukan terhadap gue rasa sayang gue kepadanya enggak akan pernah hilang.
Kedatangan Cakka ke sekolah membuat gue kembali bersemangat, dengan melihat senyumannya aja gue sudah merasa sangat bahagia. Hari ini gue dan Sivia menghabiskan waktu istirahat kami di belakang kelas, tempat favorit kami berdua.
“Shil, sampai kapan lo mau memendam perasaan lo ke Cakka ? Lo mau terus-terusan kayak gini ? Enggak capek Shil ?” Sivia memuai pembicaraan.
“Entahlah Vi, gue juga enggak tahu. Gue enggak mau berharap banyak, cukup dengan melihatnya tersenyum aja udah buat gue seneng. Yah, meskipun senyuman itu bukan buat gue.”
“Ya ampun, Shilla, Shilla… “
Tiba-tiba Cakka datang menghampiri kami berdua dan menarik tanganku menjauhi dari Sivia denga kasar. “Hmm, ada apa ya…?” Gue belum menyelesaikan kata-katgue, namun Cakka sudah melemparkan buku-buku dan kertas yang merupakan tugas yang gue kerjakan untuknya selama satu minggu dengan susah payah.
“Shil, apa maksud lo ngerjain semua tugas ini untukku ?” Bentak Cakka. “Kenapa ? Ayo jawab !” Gue diam tak berkutik, butiran bening mulai membasahi pipiku. “Rasanya gue enggak pernah nyuruh lo. Oo, atau mungkin lo sengaja buat gue hutang budi sama lo ? Ngaku aja deh Shil”. Tanpa menunggu jawaban gue, Cakka usdah beranjak pergi meninggalkanku. Sedangkan Sivia, dia cuma diam melihat kejadian barusan tanpa melakukan pembelaan buat. Sepeninggal Cakka, Sivia baru berani mendekatiku. “Udah ya Shil, masuk kelas aja yuk.” Sivia berusaha menenangkanku.
Hatiku benar-benar kacau hari ini, ditambah lagi sepulang sekolah gue melihat Cakka dan Sivia pulang bersama-sama, betapa perih hatiku melihatnya. “Emang gue enggak berharap milikin Cakka, tapi kenapa Cakka harus milih Sivia ? Pandangan gue terhadap Sivia ternyata salah, Sivia yang udah gue anggap sebagai sahabat ternyata tega ngehianatin gue.”
Setelah melihat kejadian barusan, gue bergegas pulang ke rumah dan mengunci diri seharian di kamar. Kata-kata yang pernah Sivia ucapkan kepada gue pun terulang kembali dimemoriku “Segalanya sah dalam hal perang dan cinta, Shil”. Apa ini maksud ucapan Sivia waktu itu ? Air mata gue tak terbendung Lagi, gue menangis sejadi-jadinya. “Tuhan, inikah balasan yang harus gue terima? Harusnya gue sadar, apapun yang gue lakuin buat Cakka enggak akan ada gunanya, enggak akan buat dia bahagia. Sepertinya gue benar-benar harus ngelupain Cakka dan merelakannya untuk Sivia. Biarlah Cakka menjadi Cinta dalam hatiku yang akan abadi untuk selamanya.” Ucapku.
***
Pagi ini gue berangkat ke sekolah dengan langkah yang berat, sebenarnya gue bisa saja beralasan untuk enggak masuk sejolah hari ini, namun gue enggak mau menjadi orang yang selalu lari dari kenyataan. Sesampainya disekolah gue bersikap biasa terhadap Sivia seakan gue enggak melihat kejadian kemarin.
“Shil, kabarmu gimana ? Udah baikan ?” Sapa Sivia ramah terhadapku. Gue hanya menjawab pertanyaan Sivia dengan senyuman. Sivia mengerutkan kening, sepertinya ia menyadari sesuatu yang berbeda dariku pagi ini. “Shil, semalaman lo nangis terus ya ? matamu sampai sembab gitu. Udah dong Shil, enggak usah sedih lagi yah, semuanya akan baik-baik saja kok.” “What ? baik-baik aja ? baik buat lo kali hil.” Batin gue.
Gue melihat sosok Cakka yang berjalan ke arah gue dan Sivia. “Mau apa lagi dia ?” Tanya gue dalam hati. Untuk kedua kalinya Cakka menarik tanganku menjauh dari Sivia tapi kali ini dengan sentuhan lembut. Shil, gue mau ngomong sama lo.” Cakka mulai membuka suara. “Gue mau minta maaf soal perbuatan bodoh gue kemarin. Gue enggak bermaksud untuk menyakiti lo Shil, sekarang gue udah sadar kalau gue salah.” Lo mau maafin gue ?” Gue hanya mengangguk lemah. “Thank’s Shil.” Ucapnya sambil tersenyum. Gue hampir pingsan melihat senyuman itu, baru kali ini Cakka tersenyum buat gue.
“Gue mau minta maaf lagi Shil.” Katanya lagi. Gue mengerutkan kening tanda tak mengerti. “Emm, maafin gue yang enggak bisa bales perasaan elo. Gue udah tahu semuanya, mulai dari alasan lo selalu baik sama gue, selalu perhatiin gue, selalu ngerjain semua tugas-tugas gue, sampai mengenai perasaan lo ke gue, kemarin Sivia udah cerita semuanya ke gue. Tapi, gue harap kita bisa temenan lagi Shil. Thanks for all.” Ucapnya sebelum pergi ninggalin gue. Saat gue mendengar semua ucapan Cakka, gue merasakan sakit dan senang secara bersamaan. Gue jadi teringat kejadian kemarin saat gue melihat Cakka bersama Sivia. Ternyata saat itu Sivia hanya menceritakan mengenai hal ini kepada Cakka. Bodohnya gue karena sudah berprasangka buruk kepada Sivia. “Maafkan Gue Vi” Batin gue.
“Ya udahlah, mungkin ini memang yang terbaik buat gue dan Cakka. Walaupun gue engak bisa milikin Cakka, tapi yang penting sekarang Cakka mau berteman sama Gue. Itu semua sudah cukup kok. Em, satu hal yang pasti, Cakka akan tetap menjadi Cinta dalam hatiku” Batin gue sambil tersenyum senang.
Mungkin ini memang jalan takdirku…..
MengShilumi tanpa dicintai……
Tak mengapa bagiku, asal kaupun bahagia dalam hidupmu….
Dalam Hidupmuu…..
Kuingin kau tahu, diriku disini menanti dirimu….
Meski kutunggu hingga ujung waktuku….
Dan berharap, rasa ini kan abadi ….
untuk selamanya.…
skip to main |
skip to sidebar
ﺒﺴﻢﺍﷲ ﺍﺮﱠﺣﻡﻧ ﺍﺮﱠﺤﻲﻢ
Pages
Selasa, 14 Februari 2012
About this blog
welcome to my blog guys. terima kasih sudah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat :) :)
About Me
best forever
theree

little

Facebook Fan Page
Let's Chat :)
Diberdayakan oleh Blogger.
Text
Resources
:)
Bookmarks
Labels
- Cerpen (2)
- everything (3)
- task (1)
Blog Archive
Popular Posts
-
Bagaimana rasanya hidup menetap di kutub utara yang dinginnya minta ampun. Yaa ada satu suku yang biasa kita sebut dengan suku Eskimo. Suatu...
-
Baru saja memasuki kelas namun apa daya ? dia yg dulu periang banyak teman kini namun karena orang tua nya sudah kaya raya teman-temannya me...
-
assalamualaikum wr. wb. sedikit cerita tentang kelas tercinta saya yang mungkin tidak lama lagi tidak bisa saya rasakan kembali. Yuuup, ...
-
Assalamualaikum wr. wb. Maaf sebelumnya kalau entri kali ini “gaje” buat kalian, saya semata-mata membuat ini hanya untuk melengkapi nilai ...
-
Bodohnya diriku melakukan semua itu Bodohnya diriku melepaskanmu, memutuskan hubungan kita Kini hanyalah penyesalan yang ada Inginku k...
Followers
Copyright (c) 2010 emon's blog and Powered by Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar